Permintaan tersebut aku tanggapi dengan baik, dan lebih pada keinginan untuk menutupi kebutuhan hidup sehari-hari sebagai seorang mahasiswa yang hidup jauh dari keluarga. Apalagi pelajaran yang diminta juga memang sesuai dengan jurusan yang ku ambil di kampus, jadi tidak jadi masalah bagiku
Sesuai dengan jadwal private yang telah disepakati, yaitu jam 20:00, Seminggu 2x, aku datang ke rumah tetanggaku tersebut. Karena jaraknya yang hanya terhalang oleh beberapa rumah saja dari tempat kostku, maka aku hanya mendatanginya dengan jalan kaki, itung-itung ngirit bensin… Lumayan lah! dengan gaji 50 ribu,- per pertemuan, aku bisa menghitung berapa penghasilanku per bulan.
Pada awalnya semua berjalan lancar, seperti layaknya private pada umumnya. Sekitar pukul 09.30 atau kadang molor sampai jam 10.00 malam, barulah aku minta izin pulang. Sampai pada suatu malam, sesuai dengan jadwal, aku datang ke rumah tetanggaku tersebut, dengan maksud memberikan private pada anaknya, tetapi ternyata yang ada hanya Tante Hana.
Katanya sih si Mirna keluar dengan
temannya karena suatu keperluan. Kata tante Hana, mungkin sebentar lagi juga pulang. Sementara menunggu, Tante Hana menyuguhkan secangkir teh hangat dan sedikit makanan kering kepadaku. Dalam selang waktu itu terjadi percakapan kecil antara aku dan tante Hana.
"Silahkan diminum airnya, nak Rey!" kata tante Hana.
"Iya, Tante!" jawabku sambil mengambil gelas berisi teh hangat yang ada di depanku.
"Sudah semester berapa sekarang?" tanya Tante Hana memulai percakapan.
"Sudah semester akhir sih, Tante! cuman… Skripsi saya belum selesai." jawabku agak malu-malu sambil meletakkan kembali gelas teh ke atas meja.
"Wah… hampir selesai dong! Kalau sudah lulus, nggak ada lagi dong ngasih private buat Mirna…" kata Tante Hana
"Ah, masih lama juga sih, Tante! Mungkin duluan Mirna lulus ketimbang saya…" jawabku merendah
"Hahaha… kerasan kuliah ya? nggak kepingin merit?" Tanya Tante Hana yang lumayan mengagetkanku.
"Hehehe… pingin sih, Tante! Tapi kerja aja belum, masa dah mikir merit…!?" Jawabku.
"Kamu itu gimana sih? ntar nyesel nunda-nunda kawin…" kata Tante Hana menggodaku.
"nyesel kenapa, Tante?" tanyaku.
"Dasar anak muda! kawin itu enak lho…!!" kata tante Hana.
"Hahaha… kalau mikir gitu-gitunya aja sih memang enak, Tante! tapi tanggung jawabnya kan besar kan, Tante!?" Jawabku.
Tiba-tiba Tante bangkit dari tempat duduknya, lalu ia duduk di sampingku. Aku terkejut dengan apa yang dilakukan oleh Tante Hana, tetapi tiba-tiba ia berbisik di telingaku…
"kalau kamu mau, kamu nggak perlu mikir masalah tanggung jawab, nak Rey!" begitu bisik Tante Hana di telingaku.
Seketika itu juga, tiba-tiba tangannya menyentuh kemaluanku yang tidur di balik celana jeans yang ku kenakan.
"Tante! kalau Mirna datang gimana?" tanyaku akan gugup dengan aksi Tante Hana terhadapku. Mendengar pertanyaanku itu, Tante Hana mendorong tubuhku hingga terbaring di Sofa, dan menindih tubuhku lalu kembali berbisik.
"Tenang saja! Semua sudah tante rencanakan. Mirna tidak akan pulang ke rumah malam ini, karena ia sedang ada kegiatan Camping di sekolahnya. Tadi sore,
Mirna pesan sama tante, minta tolong menyampaikan ke kamu bahwa private malam ini ditiadakan dulu…" Penjelasan tante itu cukup mengagetkanku.
Dalam perasaan gugup bercampur birahi yang menggoda,
xhamster tiba-tiba tante Hana yang duduk di atas tubuhku yang terbaring di sofa ruang tamu itu, tante melepaskan bajunya sehingga payudara putih besar yang tertampung dalam Bra putih menjadi pemandangan langka di hadapanku.
Seterusnya tante Hana melepaskan rok panjang yang ia kenakan, sehingga sesosok tubuh wanita yang hanya tertutup oleh BH dan CD menjadi pemandangan nyata di depan mata.
Sejujurnya, aku tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan langka ini, tapi rasa gugup dan terkejut masih menyelimuti hatiku. Di saat itulah, tiba-tiba tante Hana berusaha membuka kancing celanaku dan menurunkan reslitingku. Dia tersenyum padaku, lalu berkata:
"Burungmu pasti sulit bernafas kalau tidak dikeluarkan…." katanya.
Mendengar kata-kata itu, akupun berusaha melempar senyumku dan seketika itu juga ku turunkan celana jeansku dan ku biarkan tante Hana yang mengeluarkan k0ntol dari celana dalamku.
Batang k0ntolku yang sudah tegang, langsung menyembul keluar setelah tante Hana menurunkan CDku. Beberapa saat tante memandangi dan meremas batang k0ntolku, lalu ia menunduk dan memasukkan k0ntolku ke dalam mulutnya. sebuah kenikmatan yang tak tertahan saat lidah tante Hana membelai kepala k0ntolku.
Sepertinya, aku tidak mampu menahan punjak birahi yang sudah berada di ubun-ubun. Akibatnya, spermaku pun keluar dengan kencang mengisi mulut tante yang sedang asyik memainkan lidahnya di kepala k0ntolku.
Melihat cepatnya aku mencapai puncak, tante Hana bukannya kecewa. Ia malah tersenyum dengan lelehan sperma di bibirnya. Tante Hana mengeluarkan sisa sperma yang masih berada di mulutnya dan meludahkannya ke batang k0ntolku. Kemudian ia kembali mengulum k0ntolku yang mulai melemah selama beberapa saat.
Dengan bibir yang masih berlumuran sperma, tante Hana kembali menjatuhkan tubuhnya di atas tubuhku, lalu mencium bibirku. ku coba untuk membalas reaksinya dengan menyambut lidahnya yang masuk ke mulutku.
Ku rasakan sebuah sensasi yang luar biasa ketika tante Hana seakan mengajak berbagi sperma di mulutku. Aku tidak perduli dengan bau sperma yang kecut harus masuk ke tenggorokanku, yang ku pikirkan hanyalah bagaimana caranya agar k0ntolku bisa kembali bangkit dari kematiannya.
Ku ku coba meremas-remas payudara besar yang masih terbungkus BH, sebuah hal yang luar biasa yang tidak pernah ku mimpikan sebelumnya. Ternyata menjadi guru private anak tetangga merupakan awal hilangnya keperjakaanku.
Tante Hana telah merencanakan ini secara sempurna tanpa ku ketahui sebelumnya. Mungkin sebagai seorang janda, ia juga merindukan nikmatnya saat melakukan hubungan dengan suaminya yang telah meninggal dunia sekitar setahun yang lalu.
Setelah puas berciuman mesra di sofa, Tante Hana bangkit dari tubuhku. Ia kemudian menarik celana Jeans dan CDku sampai terlepas dan memintaku untuk melepaskan baju juga. ku turuti saja keinginannya, hingga aku menjadi sesosok laki-laki bugil dengan k0ntol yang mati tergantung.
Tante Hana memegang tanganku dan menarikku menuju sebuah kamar yang bisa dipastikan adalah kamar tidurnya. Setelah berada di dalam kamar, tante Hana melepaskan BH dan CD putih yang ia kenakan. Kemudian ia berdiri di hadapanku dengan tubuh bugil.
Dalam posisi berdiri, kami kembali berciuman. Lalu ia berkata padaku:
"Rey! jika kamu sudah siap, lakukan saja yang ingin kau lakukan dengan tante…. Tante akan menunggu…" demikian perkataannya yang dipenuhi dengan birahi indah.
Ia kemudian berjalan meninggalkanku dan menghempaskan tubuhnya di atas tempat tidur empuk yang ada di kamarnya itu. Ajakan itu tak ingin ku sia-siakan dan hilang begitu saja. Sesosok tubuh wanita yang siap untuk dinikmati, kenapa tidak ku manfaatkan…!?
Tanpa pikir panjang, ku dekati tubuh tante Hana yang telah terhidang siap saji untuk disantap. Lalu ku mulai aksiku dari menaiki tubuh tante Hana dan mencium bibirnya. Bibir dan lidah kami saling beradu dalam suasana yang penuh birahi.
Sambil terus berciuman, ku remas salah satu payudara Tante Hana yang lumayan besar dan lembek, dengan salah satu tangan menopang berat tubuhku agar tidak menindih sempurna tubuh tante Hana.
Aktivitas itu terus ku lakukan, hingga akhirnya batang k0ntolku kembali terjaga dari tidurnya. Dalam suasana penuh nafsu yang tak tertahan, ku sentuh selangkangan tante Hana yang ditumbuhi oleh bulu yang lebat. Ku coba untuk merayap dan memasukkan jariku ke belahan di pangkal paha tante Hana.