Kali ini aku akan menceritakan pengalaman pribadiku dengan anak pelangganku yang bernama Anggita. Gadis muda yang berumur sekitar 15 tahun. Anggita adalah anak dari pelangganku yang bernama bu Erna. Gadis kecil yang manis, cantik dan juga sangat ganas dalam berhubungan seks. Langsung saja keceritaku.
Waktu itu kalau tidak salah hari sabtu aku mendapatkan sebuah telpon dari Ibu Erna pelangganku. Bu Erna menyuruhku segera ke rumahnya untuk memperbaiki parabolanya yang rusak karena hujan deras tadi malam. Karena aku juga sudah dekat dengan bu Erna, maka aku segera menuju rumahnya.
Tak berapa lama kemudian, akhirnya aku sampai dirumah bu Erna dan disana aku disambut oleh seorang anaknya yang bernama Anggita. Karena bu Erna sudah menjadi langgananku, maka aku langsung disuruh masuk kedalam rumahnya.
Saat itu kulihat suasana rumah bu Erna sangat sepi sekali hanya ada Anggita yang dirumah dan masih menggunakan seragam sekolahnya. Dan kulihat Anggita juga baru saja pulangdari sekolahnya.
"Ibumu pulang jam berapa Gita..?" tanyaku.
"Biasanya sih sore sekitar jam setengah 6’an gitu.." jawabnya.
"Owh…tadi om disuruh kesini buat betulin parabola di rumahmu. Apa masih gak keluar gambarnya..?" tanyaku.
"Iya om.. sampai Anggita gak bisa nonton film kesukaan Anggita, rugi deh jadinya.." jawab Anggita.
"Sebentar yah, om betulin dulu parabolanya.." balasku.
Kemudian aku segera naik keatas genteng dan singkat kata kurang lebih 15 menit saja aku sudha bisa membenarkan posisi parabola yang tergeser karena tertiup angin kencang tadi malam.
Naaah, awal pengalamanku bermula saat aku mau turun dari genteng, lalu minta tolong pada Anggita untuk memegangi tangganya. Ketika itu Anggita sudah ganti baju sergamnya dengan kaos oblong ala Bali. Kedua tangan Anggita terangkat ke
atas memegangi tangga, akibatnya kedua lengan kaosnya merosot kebawah dan ujung kerahnya yang kedodoran membuka sangat lebar.
Pembaca pasti ingin ikut melihat karena dari atas pemandangannya sangat jelas terlihat. Ketiak Anggita ditumbuhi bulu-bulu tipis sangat sensual sekali, kemudian dari ujung kerahnya kulihat gumpalan toketnya yang kencang dan putih mulus yang membuat batang penisku seketika berdenyut dan mulai mengeras. Sebuah pemandangan yang sangat membuatku terangsang.
Anggita gak pakai bra, mungkin karena kepanasan, toketnya berukuran lumayan namun jelas terlihat sangat kencang,
youporn namanya juga toket remaja yang belum terkena polusi. Dengan menahan nafsuku, perlahan kuturuni anak tangga sambil sesekali mataku melirik kebawah.
Anggita nampak gak menyadari kalau aku sedang menikmati keindahan buah dadanya. Namun yaaaah.. sebaiknya begitu. Gimana jadinya kalau Anggita tahu kemudian tiba-tiba tangganya dilepas, dijamin minimal pasti aku jatuh dan patah tulang. Yang pasti setelah sampai kebawah, pikiranku jadi kurang konsentrasi pada tugas.
Aku baru ingat kalau saat itu keadaan rumah ini hanya ada aku dan Anggita sigadis remaja yang cantik. Anggita memang cantik dan nampak sudah dewasa dengan mengenakan baju santai ketimbang seragam sekolah.
Seperti biasanya, mataku menaksir wanita habis wajah kemudian turun kebetis kemudian naik lagi ke bagian dada. Kulihat Anggita pantas kukasih nilai 90. Dna melihat aku memandangi tubuh molek Anggita, kemudian Anggita berkata,
"Om kok memandangku begitu sih.. aku jadi malu donk.." ujarnya setengah manja sambil mengibaskan majalah ke mataku.
"Wahh.. sorry deh Gita.. habis selama ini om baru menyadari kecantikanmu" balasku sekenanya sambil tanganku menepuk pipinya.
Seketika wajah Anggita langsung memerah, barangkali tersinggung, memang dulu-dulunya nggak cakep seperti sekarang.
"Idiiiiihh.. om kok jadi genit deh.." balas Anggita sambil tersenyum manis dan Duiiiilah senyumnya bikin hati gemes, terlebih merasa dapat angin harapan.
Kemudian setelah itu kucoba menyalakan TV dan langsung muncul SCTV. Beres deh, tinggal merapikan kabel-kabel yang berantakan dibelakang TV.
"Sekarang dicoba Gita.. bantuin om pegangin kabel merah ini.." ujarku.
Dan karena posisi TV sedikit rendah maka Anggita terpaksa jongkok didepanku sambil memegang kabel warna merah yang kusuruh tadi. Kaos terusan Anggita yang pendek gak cukup untuk menutupi seluruh kakinya, akibatnya sudah bisa diduga. Paha Anggita yang sangat mulus dan putih bersih berkilauan didepanku, bahkan sempat terlihat warna CD Anggita.
Seketika itu juga jantungku seperti berhenti berdetak kemudian berdetak dengan cepatnya. Dan semkain bertambah cepat lagi saat tangan Anggita diam saja saat kupegang untuk mengambil kabel merah kembali.
Punggung tangannya kubelai, Anggita diam saja sambil menundukkan wajah. Aku pun segera memperbaiki posisiku kala tangannya kuremas Anggita telah mengeluarkan keringat dingin. Kemudian perlahan kudongakkan wajahnya serta kubelai sayang rambutnya.
"Anggita..kamu cantik sekali.. Boleh om menciummu?" ujarku kubuat sesendu mungkin untuk menarik simpati Anggita.
Anggita hanya diam saja namun perlahan matanya terpejam. Bagiku sikap Anggita itu adalah jawaban. Perlahan kukecup keningnya dan kemudian kedua pipinya. Dan setengah ragu kutempelkan bibirku kebibirnya yang membisu. Tanpa kuduga Anggita membuka sedikit bibirnya. Itu-pun juga sebuah jawaban. Selanjutnya terserah anda.
Segera kulumat bibirnya yang empuk dan terasa lembut sekali. Lidahku mulai menggeliat ikut meramaikan suasana. Tak kuduga pula Anggita menyambut dengan hangat kehadiran lidahku, Anggita mempertemukan lidahnya dengan lidahku. Kujilati seluruh rongga mulutnya sepuas-puasnya, lidahnya kusedot, Anggita-pun mengikuti caraku.
Perlahan tubuh Anggita kurebahkan kelantai. Mata Anggita menatapku sayu. Dan kubalas dengan kecupan lembut dikeningnya lagi. Kemudian kembali kulumat bibirnya yang sedikit terbuka. Tanganku yang sejak tadi membelai rambutnya, rasanya kurang puas, sekarang saat yang tepat untuk mulai mencari titik-titik rawan. Kusingkap perlahan ujung kaosnya. Karena Anggita memakai kaos terusan, pahanya yang mulus mulai terbuka sedikit demi sedikit.
Sengaja aku bergaya softly, karena sadar yang kuhadapi adalah gadis muda berumur 16 tahun. Harus penuh kasih sayang dan kelembutan, sabar menunggu hingga Anggita dimabuk kepayang. Dan kelihatannya Anggita bisa memahami sikapku, saat aku kesulitan menyingkap kaosnya yang tertindih pantat, Anggita sedikit mengangkat pinggulnya. Wah, sungguh seorang gadis remaja yang penuh pengertian.
"Aaaahh.. Aaaaahh.."
Hanya suara desahan yang keluar dari mulutnya sata mulutku mulai mencium batang lehernya. Sementara tanganku sedikit menyentuh ujung CD-nya kemudian bergeser sedikit lagi ketengah. Kurasakan CD Anggita sudah lembab.
Tanganku menemukan gundukan lunak yang erotis dengan belahan tepat ditengahnya. Aku tak kuasa menahan gejolak nafsuku lagi, kuremasi gundukan itu dan Anggita memejamkan matanya rapat-rapat dan menggigit sendiri bibir bawahnya.
Suasana yang panas menambah panas tubuhku yang sudah panas. Segera kulucuti bajuku, juga celanaku hingga sekarang tinggal tersisa CD-ku saja. Tanpa ragu lagi kupelorotkan CD Anggita. Wooowww…baru kali ini kulihat sebuah gundukan seindah milik Anggita.
Luar biasa.. padahal belum ada sehelai bulu pun yang tumbuh. Bukitnya yang besar putih sekali. Dan saat kutekuk lutut Anggita kemudian kubuka kakinya, tampak bibir vaginanya masih bersih dan berwarna kemerehan. Anggita gak tahu lagi akan keadaan dirinya, belaianku berhasil membuatnya melayang. Anggita hanya bisa terus medesah kegelian sambil meremasi kaosnya yang sudah tersingkap setinggi perut.
Gak sabar lagi, tak kubiarkan sebuah keindahan itu terbuka sia-sia begitu saja. Segera kuarahkan wajahku disela-sela paha Anggita dan menenggelamkannya dipangkal pertemuan kedua kakinya.